MAKALAH ANATOMI BUAH
BUAH (FRUCTUS)
Buah adalah bakal buah yang masak (kumpulan bakal buah) dengan isinya, bersama-sama dengan setiap bagian lain yang berdekatan yang dapat luruh membentuk buah. Karena buah hanya berasal dari bagian-bagian bunga, maka pembentukannya terbatas pada tumbuhan bunga saja (Tjitrosomo, 1983: 214).
Peristiwa pembuahan menyebabkan bakal buah berkembang menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji. Zigot yang terdapat dalam biji pun berkembang menjadi embrio, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging (pada buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan pelindung yang kering dan keras (pada buah geluk atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal), benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak, pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal biji yang terbuahi.
Pada saat yang sama, bunga mengalami perubahan yang menyebabkan perkembangan bakal buah menjadi buah. Perhiasan bunga dan benang sari biasanya layu, lalu gugur dan kemudian setelah polinasi tangkai putik (stilus) mengering. Namun, bkal buah bertambah besar dan mengalami berbagai modifikasi histology yang menyebabkan berbagai jaringan berubah bentuk selnya. Beberapa atau seluruh modifikasi dapat berperan dalam menghasilkan mekanisme untuk penyebaran biji. Jika diikuti perkembangannya, buah terdiri dari bakal buah yang telah dewasa
Buah juga dapat berkembang tanpa pembuahan dan tanpa perkembangan biji. Peristiwa itu disebut partenokarpi dan banyak ditemukan terutama pada spesies yang berbiji banyak, seperti pisang, semangka, nanas, dan tomat. Partenokarpi dapat terjadi tana polinasi seperti jeruk, labu dan tomat, atau memerlukan rangksangan polinasi seperti anggrek. Buah yang berbiji dapat pula diakibatkan oleh gugurnya embrio, namun terjadinya buah seperi itu tidak digolongkan ke dalam partenokarpi karena terjadi pembuahan disini.
Bila ditinjau secara teliti, buah adalah bakal buah yang telah dewasa. Definisi yang lebih luas adalah dengan menganggap buah sebagai turunan dari genesium dan jaringan diluar karpel yang turut serta dan bersatu dalam buah yang akhirnya dibentuk. contoh jaringan tambahan seperti itu adalah reseptakulum pada sirsak (Annona muricata), dan arbei (Fragaria). Periant pada nangka (Artocarpus heteporhyllus) dan murbei (Morus alba). Tangkai bunga pada kacang mede (Anacardium occidentale). Sisik pada perbungaan seperti pada nanas (Ananas comocus). Buah yang berkembang dari bnga epigin (jambu) atau yang memilki bakal buah inferus (mentimun) akan menyertakan lapisan reseptakulum atau perhiasaan bunga dalam buah yang akhrnya dibentuk. Meskipun demikian buah mentimun maupun ambu tak menunjukan struktur ganda seperti itu sebab dinding bakal buahnya sejak awal perkembangan telah melekat pada jaringan-jaringan tambahannya. Ditinjau dari segi teknis, jaringan itu perlu disebut buah semu, yang berbea dari buah sejati yang yang terdiri hanya dari jaringan bakal buah. Namun, perbedaan itu tida sering diperhatiakan dan istilah bah telah dipakai untuk hasil akhir yang berbentuk buah apapun jaringan asalnya (Hidayat.1995).
1. KLASIFIKASI
BUAH
Klasifikasi secara morfologi biasanya didasarkan pada nama jenis bunga dan
jenis ginesium yang mengembangkannya dan memperhatikan hubungan antar karpel
dan bagian bunga yang lainnya. Dengan demikian dapat dibedakan, yaitu :
1. Buah tunggal : hasil dari satu ginesium yang
terdiri dari beberapa karpel seperti pada polongan, tomat.
2. Buah berganda (buah agregat) : buah yang
dibentuk oleh ginesium apokrap dan setipa kerpel tetap dapat dikenali pada aktu
buah telah dewasa. contoh Arbei.
3. Buah majemuk, yakni buah yang berasal dari
perbungaan, jadi beberapa kumpulan ginesium dari sejumlah kuntuman bunga
seperti Nanas.
Winkler (1939) klasifikasi buah menggunakan 4 sifat:
1.
Buah
berganda, bila karpel bunga tidak saling bersatu
2.
Buah
satuan, bila karpel bersatu
3.
Buah
bebas, bila berasal dari bakal buah superus
4. Buah
piala, bila berasal dari bakal buah inferus yang tertanam dalam jaringan
non-karpel yang berbentuk piala (cangkir) atau dari bakal buah superus yang berasosiasi
dengan hipentium (reseptakulum datar atau cekung)
Klasifikasi itu masih bisa dibagi lagi menurut
ciri-ciri lain, diantaranya adalah susunan dan penyatuan karpel, sifat dinding
buah, dan pakah buah membuka dengan spontan (dehiscent) atau tidak membuka
(indehiscent). Salah satu kelemahan klasifikasi morfologis adalah bahwa
modifikasi buah secara fungsional itu terabaikan.
2. DINDING BUAH
Dinding
buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga, dikenal
sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering berkembang lebih jauh,
sehingga dapat dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Yang di bagian luar
disebut dinding luar, eksokarp (exocarpium), atau epikarp (epicarpium); yang di
dalam disebut dinding dalam atau endokarp (endocarpium); serta lapisan tengah
(bisa beberapa lapis) yang disebut dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium).
Pada
sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam,
kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan bunga,
kelopak, mahkota, atau benang sari) bersatu dengan bakal buah dan turut
berkembang membentuk buah. Penggolongan buah berikut ini didasari histologi
dinding buah, yakni buah kering serta buah berdaging.